Kajian Implementasi Otomasi Perpustakaan di UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno
Oleh Dewi Wahyu Ningsih
S1 Ilmu Informasi dan Perpustakaan, Universitas Airlangga Surabaya
e- mail : dhewi_lagi@yahoo.com
Abstrak
Didalam era globalisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi informasi
berkembang begitu cepat. Kebutuhan akan informasi semakin besar dan
berdampak pada pola konsumtif masyarakat. Informasi menjadi komoditas
utama masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Perputaran arus
informasi semakin pesat seiring dengan berkembangnya teknologi informasi
yang memberi kemudahan akses. Lembaga informasi semakin berlomba untuk
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi. Sehingga timbulah
keunggulan kompetitif antar lembaga informasi baik pemerintahan maupun
swasta. Perpustakaan sebagai salah satu lembaga informasi juga terus
berupaya untuk dapat menyediakan informasi yang berkualitas bagi
pengguna informasi.
Banyak kemudian dari perpustakaan yang ada di seluruh penjuru dunia mengimpelementasikan kecanggihan teknologi informasi untuk memberikan kemudahan akses dan memberikan pelayanan prima bagi pengguna. Penerapan teknologi informasi di perpustakaan salah satunya ialah dengan mengguanakn sistem otomasi. Sistem otomasi sendiri dapat digunakan di perpustakaan untuk mempermudah seluruh proses pekerjaan yang ada di lingkup perpustakaan mulai dari proses pengidentifikasian informasi mentah, menjadi informasi yang sudah dikemas dan dapat dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan. UPT Perpustakaan Bung Karno Kota Blitar juga menerapkan teknologi informasi berbasis sistem otomasi. Pengimplementasian sistem diduga mengalami berbagai kendala sehingga tujuan yang diinginkan belum dapat tercapai sepenuhnya. Kemudian pemecahan terhadap tiap permasalahan terus diupayakan yakni dengan berbagai macam solusi yakni melakukan transformasi data secara besar – besaran, beralih menggunakan sistem baru, hingga pada evaluasi kinerja, dan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan menekan adanya konflik. Sehingga pengimplementasian teknologi informasi dapat terwujud sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Banyak kemudian dari perpustakaan yang ada di seluruh penjuru dunia mengimpelementasikan kecanggihan teknologi informasi untuk memberikan kemudahan akses dan memberikan pelayanan prima bagi pengguna. Penerapan teknologi informasi di perpustakaan salah satunya ialah dengan mengguanakn sistem otomasi. Sistem otomasi sendiri dapat digunakan di perpustakaan untuk mempermudah seluruh proses pekerjaan yang ada di lingkup perpustakaan mulai dari proses pengidentifikasian informasi mentah, menjadi informasi yang sudah dikemas dan dapat dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan. UPT Perpustakaan Bung Karno Kota Blitar juga menerapkan teknologi informasi berbasis sistem otomasi. Pengimplementasian sistem diduga mengalami berbagai kendala sehingga tujuan yang diinginkan belum dapat tercapai sepenuhnya. Kemudian pemecahan terhadap tiap permasalahan terus diupayakan yakni dengan berbagai macam solusi yakni melakukan transformasi data secara besar – besaran, beralih menggunakan sistem baru, hingga pada evaluasi kinerja, dan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan menekan adanya konflik. Sehingga pengimplementasian teknologi informasi dapat terwujud sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Kata kunci : teknologi informasi , sistem automasi, , transformasi data, evaluasi kinerja
I. Pendahuluan
Perkembangan teknologi telah membawa dampak yang besar dalam perabadan
manusia beberapa tahun belakangan ini. Teknologi canggih dengan
spesifikasi dan kegunaan mulai banyak ditawarkan dan juga tidak sedikit
dari teknologi tersebut yang kemudian digunakan dalam kehidupan manusia
untuk membantu mempermudah seluruh aktifitas dan kegiatan. Teknologi
yang ada sejauh ini membawa dampak yang sangat signifikan dalam membantu
mempermudah kegiatan manusia. Dapat dengan mudah sekali dijumpai di
sekitar kita adanya teknologi canggih yang digunakan untuk kegiatan
sehari – hari, dan tidak dapat dipungkiri teknologi ini pun mulai
dilirik oleh seluruh masyarakat sebagai bahan komoditi utama yang harus
dimiliki oleh setiap individu.
Dalam teori Daniel Bell ; 1980 tentang network society dijelaskan bahwa
peradaban manusia telah berubah dari masyarakat industri menjadi
mayarakat post industrial, dari masyarakat yang bekerja di sektor
industri menuju masyarakat post industrial atau pekerja dibidang
pelayanan dan jasa, adanya perubahan era dimasyarakat ini dalam terori
Daniel Bell dikatakan bahwa teknologi merupakan salah satu pengaruh
adanya perubahan era, yang kebanyakan sekarang ini disebut dengan adanya
era informasi. Informasi menjadi komoditi utama dalam kehidupan dan
keberlangsungan hidup manusia. Setiap hari informasi menjadi arus
pertukaran yang tiada henti, ditambah lagi dengan keberadaan teknologi
canggih yang semakin mempermudah perputaran arus penyampaian informasi
keseluruh penjuru dunia.
Berbicara tentang informasi adalah kaitannya berbicara mengenai data /
kumpulan data dan sumber – sumber informasi itu sendiri. Ada banyak
sekali sumber – sumber informasi di dunia ini diantaranya adalah
internet, buku, pengalaman , dll. Buku merupakan salah satu sumber
informasi utama yang bernilai historis, empiris, dan informasi yang
terkandung didalamnya dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu tempat
yang dapat menyediakan berbagai jenis, dan varians buku adalah
Perpustakaan. Perpustakaan juga merupakan knowledge resource yang ada di
dunia ini. Melalui perpustakaan segala informasi dan ilmu pengetahuan
yang kita inginkan dapat terpenuhi.
Menurut sulistyo basuki ; 1991, Perpustakaan diartikan sebagai sebuah
ruangan atau gedung yang digunakan untuk tempat menyimpan buku dan
terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu
yang digunakan pembaca bukan untuk dijual. Sedangkan menurut RUU
Perpustakaan pada Bab I pasal 1 menyatakan Perpustakaan adalah institusi
yang mengumpulkan pengetahuan tercetak dan terekam, mengelolanya dengan
cara khusus guna memenuhi kebutuhan intelektualitas para penggunannya
melalui beragam cara interaksi pengetahuan. Secara umu dapat disimpulkan
bahwa Perpustakaan merupakan suatu sarana / wadah yang didalamnya
terdapat berbagai macam informasi dan pengetahuan ( baik tercetak maupun
non cetak ) yang dikelola secara sistematis dan terstruktur untuk
selanjutnya dapat dimanfaatkan oleh pemakainya.
Melihat
kondisi perpustakaan sekarang ini, bahwa dunia kepustakawanan telah
mengalami banyak pertumbuhan dan perkembangan, banyak sekali dijumpai
perpustakaan di Indonesia diantaranya Perpustakaan Perguruan Tinggi,
Perpustakaan Sekolah, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia,
Perpustakaan Khusus dll. Di kota – kota besar di Indonesia sudah banyak
sekali dijumpai wajah – wajah perpustakaan yang dapat dikunjungi dan
dimanfaatkan layanannya. Bermacam – macam jenis perpustakaan semakin
berlomba – lomba untuk dapat memberikan pelayanan prima kepada pengguna
agar pengguna mendapatkan kepuasan atas pelayanan yang diberikan. Tidak
jarang dari macam – macam jenis perpustakaan yang ada di Indonesia juga
mulai merambah pada dunia teknologi, mencoba untuk mengimplementasikan
teknologi canggih kepada layanan perpustakaan untuk membantu memenuhi
kebutuhan pengguna. Teknologi canggih pun mulai hadir dan
diimplementasikan di perpustakaan untuk membantu mempermudah seluruh
aktivitas dan kegiatan kepustakawanan.
Keberadaan teknologi di perpustakaan diharapkan dapat memberikan
kemudahan bagi pustakawan dalam mengelola informasi dan memberi
kemudahan kepada pengguna dalam menggunakan informasi. Salah satu
contoh model pengimplementasian teknologi di Perpustakaan adalah
diimplementasikannya teknologi ke dalam mesin pencarian katalog atau
yang lebih dikenal dengan istilah OPAC ( Online Public Access Catalogue )
yang sekarang banyak sekali dijumpai di perpustakaan. Layanan OPAC
adalah suatu bentuk layanan sistem pencarian koleksi bahan pustaka
secara online dengan perbantuan teknologi informasi kedalam bentuk
software komputer. Sehingga pengguna perpustakaan dapat dengan mudah
untuk mencari koleksi bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan, serta
mengetahui letak bahan pustaka tersebut di rak penyimpanan bahan
pustaka. Munculnya OPAC ini memberikan bukti bahwa perpustakaan sudah
mulai memadupadankan keberadaan teknologi dengan mengkombinasikannya
dengan layanan yang ada di perpustakaan.
Teknologi
berbasis sistem otomasi perpustakaan juga mulai banyak diminati dan
diimplementasikan di perpustakaan. Seperti yang dilakukan pada UPT
Perpustakaan Bung Karno yang mulai mengimplementasikan teknologi
informasi berbasis sistem otomasi dalam mesin pencarian OPAC. Hal ini
menjadi sangat menarik untuk dikaji dan dianalisa lebih mendalam terkait
pengimplementasian teknologi informasi berbasis sistem otomasi yang
digunakan oleh UPT Perpustakaan Bung Karno. Mengkaji sejauh mana sistem
yang ada dapat memberikan kemudahan kepada pustakawan ataupun pengguna,
dan kendala – kendala apa saja yang muncul serta solusi apa saja yang
dapat ditawarkan untuk membantu menyelesaikan kendala tersebut. Semuanya
akan dibahas secara menarik dan aktual dalam “Kajian Implementasi Sistem Otomasi di UPT Perpustakaan Bung Karno”.
Harapannya semoga kajian ini dapat memberikan masukan, dan dijadikan
sebagai sumber rujukan ilmu pengetahuan dalam dunia kepustakawanan.
II. Konsep Sistem Otomasi
2.1 Pengertian Sistem Otomasi
Otomasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka (1990) diambil dari kata otomatis atau pengotomatisan
yang artinya penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin yang secara
otomatis melakukan dan mengatur pekerjaan sehingga tidak memerlukan
pengawasan manusia. Sedangkan menurut Sulistyo-Basuki, berpendapat bahwa
otomasi perpustakaan adalah penerapan teknologi informasi untuk
kepentingan perpustakaan mulai dari pengadaan, hingga ke jasa informasi
bagi pembaca.
Lebih
lanjut yang dikemukakan oleh Abd. Rahman Saleh, bahwa penerapan
teknologi komputer di bidang perpustakaan dan informasi menjadi semakin
penting, karena teknologi ini menjanjikan peningkatan mutu layanan
perpustakaan terutama kecepatan dan efesiensi kerja.
Perpustakaan
menurut Lasa Hs (48:2005) menyatakan bahwa perpustakaan merupakan
sistem informasi yang di dalamnya terdapat aktivitas pengumpulan,
pengolahan, pengawetan, pelestarian dan penyajian serta penyebaran
informasi. Sehingga apabila ditarik benang merah antara perpustakaan dan
otomasi adalah suatu konsep sistem berbasis teknologi informasi yang
digunakan untuk menyusun, membuat, mengolah, dan menyimpan informasi
mentah menjadi informasi yang siap untuk digunakan dan dinikmati oleh
pengguna perpustakaan. Teknologi yang digunakan dalam sistem otomasi
menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan
untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai
dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat
disebar dan diakses secara global (Wardiana, 2002).
Sistem
Otomasi Perpustakaan atau Library Automation System adalah software
yang beroperasi berdasarkan pangkalan data untuk mengotomasikan kegiatan
perpustakaan. Pada umumnya software yang digunakan untuk otomasi
perpustakaan menggunakan model “relational database”. Database atau
pangkalan data merupakan kumpulan dari suatu data. Dalam perpustakaan
paling tidak ada dua pangkalan data yaitu data buku dan data pemustaka.
Disebut “relational database” karena dua pangkalan data tersebut akan
saling dikaitkan apabila terjadi transaksi, misalnya, pada saat terjadi
proses peminjaman dan pengembalian buku. Kebanyakan sistem otomasi
perpustakaan memisahkan fungsi software kedalam program tersendiri
disebut modul. Sedangkan modulnya terdiri dari modul pengadaan,
katalogisasi, sirkulasi, serial, dan Online Public Access Catalog
(OPAC). Sistem Otomasi Perpustakaan di Indonesia pada umumnya hanya
mempunyai tiga modul yaitu katalogisasi, sirkulasi, dan OPAC dan ini
merupakan modul minimal yang harus dimiliki oleh perpustakaan untuk
kepentingan otomasi. Modul – modul tersebut merupakan sistem yang sudah
terintegrasi sehingga istilah sistem otomasi perpustakaan juga sering
disebut dengan sistem perpustakaan terintegrasi (Integrated Library
System) (Hartono,2012).
2.2 Alasan menggunakan Sistem Otomasi
Keberadaan
sistem otomasi di perpustakaan tidak serta merta tanpa alasan yang
dapat menyebabkan sistem tersebut hadir dan digunakan secara luas di
perpustakaan. Ada beberapa hal yang menyebabkan perpustakaan mulai
menerapkan sistem otomasi di perpustakaan diantaranya :
1. Adanya tuntutan peningkatan mutu dan kualitas perpustakaan
Jika
dahulu perpustakaan hanya dimaknai sebagai tempat atau bagian dalam
lingkup organisasi yang berkaitan dengan gudang penyimpanan buku – buku,
maka sekarang seiring dengan perubahan jaman maka berdampak pula pada
penampilan dan pandangan masyarakat terhadap perpustakaan. Perpustakaan
yang dahulunya identik dengan gudang buku, yang letaknya dibelakang
gedung dekat dengan kamar mandi, dan sangat jauh sekali dari jangkauan (
tidak strategis ), dan identik dengan potrait pustakawan / penjaga
perpustakaan yang galak, dan tidak ramah. Seiring dengan perkembangan
jaman, berdampaklah pula terhadap kondisi perpustakaan dengan stigma
yang negatif dimasalalu, menjadi perpustakaan “user friendly”.
Perbaikan
dan pembangunan perpustakaan sudah semakin banyak dilakukan agar
perpustakaan tidak termakan oleh jaman dan hanya menjadi sebuah tempat
penyimpanan buku yang tidak bernyawa. Perubahan dan perbaikan harus
terus
dilakukan
agar perpustakaan dapat terus menerus meningkatkan performanya dan
menjadi perpustakaan yang ideal sesuai dengan kebutuhan jaman. Karena
pentingnya keberadaan perpustakaan tidak hanya sebagai formalitas saja
bagi pembangunan, namun juga turut memberikan kontribusi terhadap
pembangunan negara. Bahkan dikatakan bahwa “ Kemajuan sebuah negara,
dapat kita lihat salah satu cara adalah dengan melihat Perpustakaan
Nasional yang ada di negara tersebut”. sehingga berdasarkan pendapat ini
betapa pentingnya keberadaan perpustakaan yang kini dijadikan sebagai
tampilan ( interface ) penilaian majunya suatu negara.
Oleh karena itulah, perpustakaan harus senantiasa untuk meningkatkan
mutu dan kualitas yang dimilikinya, agar perpustakaan dapat secara terus
menerus menyediakan pelayanan prima bagi pengguna perpustakaan , dan
turut serta untuk memajukan pembangunan negara dari berbagai sektor
diantaranya dunia pendidikan. Peningkatan kualitas dan mutu itu sendiri
dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan visi dan misi dari
masing – masing perpustakaan, bisa dimulai dari berbagai macam bentuk
mulai dari pembangunan kualitas organisasi, kualitas pustakawannya,
kualitas gedung perpustakaan, hingga pada kualitas pelayanan yang
disediakan oleh perpustakaan. Sehingga perpustakaan harus terus menerus
menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman, dan dapat terus melakukan “contiunitas improvment” dalam dunia kepustakawanan.
2. Tuntutan efisiensi waktu dan ketepatan informasi yang didapatkan
Pada
dahulu kala, pengguna perpustakaan mungkin sudah puas dengan keadaan
perpustakaan yang tanpa adanya terapan teknologi, walaupun dengan cara
yang manual harus mencari buku ke rak – rak buku satu persatu, atau
dengan mencari kartu katalog dilaci buku untuk mendapatkan buku yang
diinginkan. Sangat berbeda dengan sekarang, era yang sudah beralih
menuju era informasi ditengah modernisasi pun menjadikan pola perilaku
di masyarakat yang ikut berubah, seperti kecenderungan masyarakat yang
ingin mengakses hal apapun dengan mudah, cepat, dan tepat.
Pengguna
perpustakaan pun sekarang menjadi semakin pandai untuk memanfaatkan
perpustakaan, sehingga mereka menuntut adanya pelayanan perpustakaan
yang mudah, cepat, dan tepat. Cepat dalam segi efisiensi penggunaan
waktu yang digunakan untuk mencari informasi dalam bentuk buku di
perpustakaan menajdi salah satu hal yang diutamakan oleh masyarakat pada
era modernisasi ini. Juga semakin berkembangnya teknologi dan kemudahan
akses internet untuk mencari segala macam informasi yang diinginkan
oleh pengguna sebenarnya menjadi daya saing tersendiri bagi
perpustakaan. Bila saja pengguna dapat mengakses informasi dirumah
dengan perbantuan internet, dan dapat dengan mudah mendapatkan informasi
yang diinginkan. Bagaimana mungkin perpustakaan tetap berdiam diri
tidak melakukan perbaikan dan perubahan dalam tatanan pelayanan yang
disediakannya yakni dengan juga menerapkan teknologi canggih yang dapat
memberikan kemudahan kepada pengguna perpustakaan yang berkunjung ke
perpustakaan dan dapat dengan mudah pula mencari dan menemukan letak
koleksi buku yang diinginkan. Sehingga perpustakaan harus memperhatikan
munculnya pola masyarakat modernisasi yang menuntut segala sesuatu dapat
dilakukan dengan cepat, dan perpustakaan harus dapat menyediakan
pelayanan yang cepat pula kepada pengguna.
3. Keragaman Informasi yang Dikelola
Informasi
yang ada di perpustakaan saat ini tidak hanya terbatas kepada buku dan
jurnal ilmiah saja. Informasi-informasi lain seperti audio visual,
multimedia, bahan mikro, media optik dan sebagainya saat ini juga
dikoleksi oleh perpustakaan. Banyak koleksi perpustakaan yang harus di
baca dengan menggunakan teknologi komputer. Oleh karena itu,, untuk
mengelola informasi yang sangat beragam tersebut diperlukan bantuan alat
terutama teknologi komputer ( Hartono, 2012 ).
2.2 Manfaat Sistem Otomasi
1. Memudahkan dalam pembuatan catalog
Perpustakaan
yang belum menerapkan otomasi pada umumnya harus membuat kartu catalog
agar pemustaka dapat menemukan sebuah buku yang diketahui berdasarkan
pengarang, judul, atau subjeknya dan menunjukkan buku yang dimiliki
perpustakaan. Rangkaian kegiatan dalam membuat catalog secara manual
banyak menghabiskan tenaga, waktu dan biaya. Penerapan computer akan
dapat menghemat segalanya proses pembuatan catalog akan lebih mudah,
penyajian buku bagi pemustaka juga akan lebih cepat dan pada giliran
akan terjadi efisiensi.
2. Memudahkan dalam layanan sirkulasi
Dengan
computer pekerjaan peminjaman buku dapat dilakukan dengan cepat dan
mudah yaitu hanya dengan menyorot barcode kartu kemudian menyorot
barcode buku selanjutnya memberikan cap tanggal pengembalian kemudian
secara otomatis akan terjadi transaksi.
3. Memudahkan dalam penelusuran melalui katalog
Otomasi
perpustakaan akan memudahkan pemustaka dalam menelusuri informasi
khususnya catalog melalui OPAC, pemustaka dapat menelusur suatu judul
buku secara bersamaan.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Otomasi perpustakaan sangat
bermanfaat baik bagi pengelola perpustakaan/pustakawan, perpustakaan
maupun pemustaka. Adapun manfaatnya antara lain : (a) mengatasi
keterbatasan waktu , (b) mempermudah akses informasi dari berbagai
pendekatan misalnya dari judul, kata kunci judul, pengarang, kata kunci
pengarang dsb., (c) dapat dimanfaatkan secara bersama-sama, (d)
mempercepat proses pengolahan, peminjaman dan pengembalian, (e)
memperingan pekerjaan, (f) meningkatkan layanan, (g) memudahkan dalam
pembuatan laporan statistic, (h) menghemat biaya, (i) menumbuhkan rasa
bangga., dan (j) mempermudah dalam pelayanan untuk kepentingan
akreditasi ( Hartono, 2012 ).
2.3 Unsur – unsur pendukung Automasi Perpustakaan
Dalam
sebuah sistem automasi perpustakaan terdapat beberapa unsur atau syarat
yang saling mendukung dan terkait satu dengan lainnya, unsur-unsur atau
syarat tersebut adalah :
1. Komitmen pengelola perpustakaan
Ini
berarti bahwa, pengelola perpustakaan (mulai dari tingkatan
kepala/penanggungjawab sampai staff perpustakaan tingkat bawah) dituntut
untuk berinisiatif dan memiliki keteguhan yang kuat untuk mewujudkan
automasi perpustakaan. Hal ini perlu dilakukan dengan diskusi yang
efektif di antara mereka mulai dari perencanaan, persiapan, instalasi,
training, ujicoba, sosialisasi, implementasi, evaluasi dan pengembangan.
2. Dukungan pimpinan
Inisiatif
dan keteguhan belumlah cukup tanpa dukungan pimpiman di mana
perpustakaan tersebut dipayungi, Oleh karenanya, para pengelola
perpustakaan harus mampu meyakinkan pimpinan induk untuk memberi
dukungan dan dorongan penuh.
3. Pengguna (users)
Pengguna
merupakan unsur utama dalam sebuah sistem automasi perpustakan. Dalam
pembangunan sistem perpustakaan hendaknya selalu dikembangkan melalui
konsultasi dengan pengguna-penggunanya yang meliputi pustakawan, staf
yang nantinya sebagai operator atau teknisi serta para anggota
perpustakaan. Apa misi organisasi tersebut? Apa kebutuhan informasi
mereka ? Seberapa melek komputerkah mereka? Bagaimana sikap mereka ?
Apakah pelatihan dibutuhkan? Itu adalah beberapa pertanyaan yang harus
dijawab dalam mengembangkan sebuah sistem automasi perpustakaan.
Automasi Perpustakaan baru bisa dikatakan baik bila memenuhi kebutuhan
pengguna baik staf maupun anggota perpustakaan. Tujuan daripada sistem
automasi perpustakaan adalah untuk memberikan manfaat kepada pengguna.
Konsultasikan dengan pengguna untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan
mereka.
4. Perangkat Keras (Hardware)
Komputer
adalah sebuah mesin yang dapat menerima dan mengolah data menjadi
informasi secara cepat dan tepat. Pendapat lain mengatakan bahwa
komputer hanya sebuah komponen fisik dari sebuah sistem komputer yang
memerlukan program untuk menjalankannya. Dari beberapa pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa komputer adalah sebuah alat dimana kemampuanya
sangat tergantung pada manusia yang mengoperasikan dan software yang
digunakan.
Kecenderungan
perkembangan komputer meliputi sebagai berikut : (a) Ukuran fisik
mengecil dengan kemampuan yang lebih besar, (b) Harga terjangkau
(murah), (c) Kemampuan penyimpanan data berkapasitas tinggi, (d)
Transfer pengiriman data yang lebih cepat dengan adanya jaringan
Dalam
memilih perangkat keras yang pertama adalah menentukan staf yang
bertanggung jawab atas pemilihan dan evaluasi hardware sebelum transaksi
pembelian. Adanya staf yang bertanggung jawab adalah untuk mengurangi
ketergantungan terhadap pihak lain dan menghindari dampak buruk yang
mungkin timbul. Hal lain adalah adanya dukungan teknis serta garansi
produk dari vendor penyedia komputer.
5. Perangkat Lunak (Software)
Perangkat
lunak diartikan sebagai metode atau prosedur untuk mengoperasikan
komputer agar sesuai dengan permintaan pemakai. Kecenderungan dari
perangkat lunak sekarang mampu diaplikasikan dalam berbagai sistem
operasi, mampu menjalankan lebih dari satu program dalam waktu bersamaan
(multi-tasking), kemampuan mengelola data yang lebih handal, dapat
dioperasikan secara bersama-sama (multi-user).
Untuk
mendapatkan software kini sudah banyak tersedia baik dari luar maupun
dalam negeri dengan berbagai keunggulan yang ditawarkan dan harga yang
bervariasi. Di perpustakaan software yang dikenal antara lain CDS/ISIS,
WINISIS yang mudah didapat dan gratis freeware dari Unesco atau dari
beberapa perguruan tinggi sekarang telah banyak membuat dan
mengembangakan sistem perpustakaannya sendiri seperti SIPUS 2000 di UGM,
Sipisis di IPB. Masih banyak lagi perguruan tinggi dan institusi
pengembang software yang mengembangkan SIP dengan kemampuan yang tidak
kalah sip. Sistem Informasi Perpustakaan ini difungsikan untuk pekerjaan
operasional perpustakaan, mulai dari pengadaan, katalogisasi,
inventarisasi, keanggotaan, OPAC, pengelolaan terbitan berkala,
sirkulasi, dan pekerjaan lain dalam lingkup operasi perpustakaan.
Kemudian
suatu software dikembangkan melalui suatu pengamatan dari suatu sistem
kerja yang berjalan, untuk menilia suatu software tentu saja banyak
kriteria yang harus diperhatikan. Beberapa kriteria untuk menilia
software adalah sebagai berikut : (a) Kegunaan : fasilitas dan laporan
yang ada sesuai dengan kebutuhan dan menghasilkan informasi tepat pada
waktu (realtime) dan relevan untuk proses pengambilan keputusan., (b)
Ekonomis : biaya yang dikeluarkan sebanding untuk mengaplikasikan
software sesuai dengan hasil yang didapatkan, (c) Keandalan : mampu
menangani operasi pekerjaan dengan frekuensi besar dan terus-menerus,
(d) Kapasitas : mampu menyimpan data dengan jumlah besar dengan
kemampuan temu kembali yang cepat, (e) Sederhana : menu-menu yang
disediakan dapat dijalankan dengan mudah dan interaktif dengan pengguna,
(f) Fleksibel : dapat diaplikasikan di beberapa jenis sistem operasi
dan institusi serta maupun memiliki potensi untuk dikembangkan lebih
lanjut.
6. Network / Jaringan
Jaringan
komputer telah menjadi bagian dari automasi perpustakaan karena
perkembangan yang terjadi di dalam teknologi informasi sendiri serta
adanya kebutuhan akan pemanfaatan sumber daya bersama melalui teknologi.
Komponen perangkat keras jaringan antara lain : komputer sebagai server
dan klien, Network Interface Card ( LAN Card terminal kabel (Hub),
jaringan telepon atau radio, modem. Hal yang harus diperhatikan dalam
membangun jaringan komputer antara lain (a) Jumlah komputer serta
lingkup dari jaringan (LAN, WAN), (b) Lokasi dari hardware : komputer,
kabel, panel distribusi, dan sejenisnya, (c) Protokol komunikasi yang
digunakan, dan (d) Menentukan staf yang bertanggun jawab dalam
pembangunan jaringan.
7. Data
Data
merupakan bahan baku informasi, dapat didefinisikan sebagai kelompok
teratur simbol-simbol yang mewakili kuantitas, fakta, tindakan, benda,
dan sebagainya. Data terbentuk dari karakter, dapat berupa alfabet,
angka, maupun simbol khusus seperti *, $ dan /. Data disusun mulai dari
bits, bytes, fields, records, file dan database. Kemudian Sistem
informasi menerima masukan data dan instruksi, mengolah data tersebut
sesuai instruksi, dan mengeluarkan hasilnya. Fungsi pengolahan informasi
sering membutuhkan data yang telah dikumpulkan dan diolah dalam periode
waktu sebelumnya, karena itu ditambahkan sebuah penyimpanan data file
(data file storage) ke dalam model sistem informasi; dengan begitu,
kegiatan pengolahan tersedia baik bagi data baru maupun data yang telah
dikumpulkan dan disimpan sebelumnya.
8. System administrator (administrator sistem)
System
administrator atau administrator sistem automasi perpustakaan mutlak
diperlukan. Hal ini untuk mengatur, mengontrol dan meyakinkan bahwa,
seluruh komponen automasi perpustakaan berjalan sebagaimana yang
diharapkan. Oleh karenanya seseorang yang ditunjuk sebagai administrator
sistem harus:
a. menguasasi komputer dan jaringan komputer
a. menguasasi komputer dan jaringan komputer
b. menguasai aplikasi yang diterapkan
c. menguasai operating system
d. mempunyai pengetahuan perpustakaan
e. memahami tatakerja/manajemen perpustakaan
f. mempunyai komitmen terhadap tugas
g. mampu bekerja secara organisasi dan perorangan
h. mempunyai wawasan yang luas
i. selalu bersedia mengembangakan ilmu dan ketrampilannya
Sehingga apabila semua unsur – unsur pendukung terciptanya sistem
automasi perpustakaan telah tersedia dengan baik maka implementasi
sistem automasi perpustakaan akan semakin mudah untuk diterapkan di
perpustakaan dan juga dapat membantu kinerja pustakawan, dan mempermudah
pengguna dalam pelaksanannya.
III. Kondisi Sistem Otomasi di UPT Perpustakaan Bung Karno
UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno yang telah berdiri sejak 10
tahun yang lalu, dan menginjak pada usianya satu dasawarsa menjadi
sebuah tolak ukur, bahwa perpustakaan kepresidenan ini telah menginjak
usia 10 tahun semenjak berdirinya. UPT Perpustakaan Bung Karno selalu
berupaya untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada
penggunanya, dan membuat menggelorakan budaya membaca di kalangan
masyarakat. UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno terus berupaya untuk
meningkatkan performa dan kualitas pelayanan dari berbagai aspek,
termasuk salah satunya dengan menerapkan teknologi informasi kedalam
layanan perpustakaan. Teknologi informasi mulai diterapkan di
Perpustakaan Bung Karno dengan tujuan untuk mampu meningkatkan performa
perpustakaan, dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan. Penerapan
teknologi ini juga merupakan tuntutan jaman, dan tuntutan kebutuhan
masyarakat akan kebutuhan informasi dan pengetahuan dengan cepat dan
tepat. Oleh karena itu, mulailah dibangun sebuah sistem berbasis
teknologi informasi bernama “ Sistem Automasi Perpustakaan” atau “ library information system”.
Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia ( PNRI ) merupakan perpustakaan induk dari
UPT Perpustakaan Bung Karno, kebijakan dan wewenang untuk hal – hal yang
berkaitan dengan seluruh proses kepustakawanan juga berdasarkan
kebijakan yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
( PNRI ) termasuk dalam hal pengaplikasian sistem automasi. Beberapa
kali UPT Perpustakaan Bung Karno telah mengganti modul sistem automasi
yang digunakan, hingga pada akhir menggunakan SLA ( Smart System library
), Qallis, dan akan beralih menuju Inliss Interprise yang merupakan
standart baru yang digunakan oleh Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia ( PNRI ) sehingga UPT Perpustakaan Bung Karno juga harus mulai
menerapkan sistem baru Inliss Interprise kedalam integrasi sistem
automasi yang digunakan di UPT Perpustakaan Bung Karno.
Saat
ini UPT Perpustakaan Bung Karno masih menggunakan sistem lama yakni SLA
untuk di kelompok kerja pengolahan, pelayanan, sirkulasi dan layanan
Kartu Tanda Anggota ( KTA ) Perpustakaan Bung Karno. Selain itu, juga
menggunakan sistem baru yakni Inliss Interprise pada sebagian kelompok
kerja pengolahan untuk input katalog, dan untuk kebutuhan labelling “indomarc”.
Sehingga, bila idealnya sistem automasi yang digunakan di satu
perpustakaan terintegrasi dengan satu sistem yang sama, yang dapat
diakses dan digunakan diseluruh kelompok kerja, justru di UPT
Perpustakaan Bung Karno masih menggunakan sistem yang masih terkotak –
terkotak dan belum terintegrasi satau sama lain antar kelompok kerja.
Salah satu faktor yang menyebakan hal tersebut terjadi adalah
ketidaksiapan untuk menerima dan beralih dengan sistem baru, selain itu
karena pada sistem yang baru dirasa fitur – fitur yang ditawarkan belum
sesuai dengan kebutuhan yang ada di UPT Perpustakaan Bung Karno,
sehingga UPT Perpustakaan Bung Karno masih menggunakan sistem yang lama.
Untuk
mempermudah pelaksanaan dan pengontrolan terhadap sistem automasi yang
diterapkan di perpustakaan, UPT Perpustakaan Bung Karno sendiri telah
membentuk kelompok kerja tersendiri untuk mengatur seluruh proses
automasi yakni kelompok kerja automasi. Dalam peranan, fungsi, dan
tanggung jawabnya kelompok kerja auotmasi sendiri mengalami berbagai
kendala. Berbagai kendala yang dirasakan oleh Unit Kerja Sistem Otomasi
sendiri diantaranya :
1. Belum adanya sistem alarm monitoring
Sehingga tidak dapat mengetahui secara langsung terhadap kerusakan –
kerusakan yang ada pada sistem. Seharusnya untuk sebuah unit sistem yang
baik harus terdapat sistem alarm monitoring sebagai control atas
kerusakan, dan memberikan peringatan berupa alarm bila ada kabel yang
putus, atau kabel yang mati. Sehingga perbaikan dapat segera dilakukan.
Namun UPT Perpustakaan Bung Karno belum tersedia sistem alarm monitoring
sehingga bila ada kerusakan sistem biasanya menunggu laporan terlebih
dahulu.
2. Transformasi data dari sistem lama ke sistem baru
Perpustakaan Bung Karno tengah mengalami
perubahan sistem baru, yang sebelumnya menggunakan SLA ( Smart Library
Automation ) menuju ke sistem Inliss Interprise. Karena perpindahan dari
sistem yang lama menuju sistem yang baru dibutuhkan waktu, dan juga
tenaga yang lebih untuk melakukan perpindahan data – data yang disimpan
di sistem yang lama, dan dipindahkan kesimtem yang baru. Untuk dapat
mengemas sistem secara keseluruhan dengan implementasi sistem yang baru
membutuhkan waktu paling cepat 2 -3 tahun, baru semua data dapat
tertransformasikan dan sistem dapat digunakan secara keseluruhan.
Kendala – kendala yang terjadi harus segera ditindaklanjuti
penyelesaiannya agar pelaksanaan sistem automasi yang baru berbasis
Indomarc “Inliss Interprise” dapat segera terwujud dan sistem yang
dipakai di UPT Perpustakaan Bung Karno terintegrasi kedalam satu sistem
automasi yang sama, dan dapat digunakan oleh seluruh kelompok kerja yang
ada di UPT Perpustakaan Bung Karno.
IV. Permasalahan
Berbagai permasalahan yang kemudian menjadi bahan analisis dan dapat
dijadikan sebagai evaluasi bersama diantaranya :
1.
Munculnya sistem baru yang merupakan standart PNRI ( Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia ) sehingga harus melakukan perubahan sistem
lama SLA ke sistem yang baru Inliss Interprise.
2.
UPT Perpustakaan Bung Karno menggunakan sistem otomasi, namun fakta
dilapangan sistem otomasi tersebut belum terintegrasi antar semua unit
kerja dibidang pengadaan, pengolahan, pelestarian, pelayanan, sirkulasi.
Sistem yang dipakai masih terkotak –kotak yakni dengan menggunakan
sistem SLA, Callis, dan Inliss Interprise.
3.
Terjadi ketidakefisian dan kefektifan pekerjaan karena dampak sistem
yang belum sepenuhnya berpindah dari sistem SLA ke sistem Inliss
Interprise. Sehingga harus melakukan pelaporan data dua kali yakni
pelaporan data yang digunakan untuk Perpustakaan Nasional dan pelaporan
untuk UPT Perpustakaan Bung Karno.
4.
Terjadi ketidak sinkronan data antara data bahan pustaka yang tersedia
di mesin pencarian OPAC ( Online Public Access Catalogue ) dan yang
tersedia di rak buku.
V. Solusi
Dari beberapa permasalahan yang terjadi untuk kemungkinan solusi –
solusi yang dapat ditawarkan untuk membantu menyelesaikan berbagai
permasalahan – permasalahan yang terjadi diantaranya :
1.
Menjalin kerjasama yang baik dengan PNRI ( Peprustakaan Nasional
Republik Indonesia ) dalam konteks menjalin hubungan yang baik untuk
melakukan perubahan sistem tersebut. Sehingga PNRI ( Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia ) dapat terus menerus berkoordinasi dengan
baik terkait perubahan sistem lama ke sistem baru.
2.
Melakukan kesepakatan bersama dengan seluruh pegawai di UPT
Perpustakaan Bung Karno untuk memutuskan sistem yang telah dipakai serta
mendiskusikan secara bersama terkait kelamahan dan kelebihan sistem
yang akan digunakan, sehingga seluruh pihak dapat terlibat dengan jelas
terkait prosedur pemilihan dan penggunaan sistem yang nantinya akan
diimplementasikan di UPT Perpustakaan Bung Karno
3.
Sosialisasi terhadap satu sistem yang telah disepakati bersama untuk
diimplementasikan di UPT Perpustakaan Bung Karno dan melakukan pelatihan
terhadap seluruh unit kerja untuk memudahkan mengoperasikan sistem.
4.
Komitmen bersama dan gotong royong antara semua unit kerja yang ada di
UPT Perpustakaan Bung Karno untuk mewujudkan sebuah sistem otomasi yang
baik dan profesional sehingga tujuan utama adanya sistem yakni untuk
membantu mempermudah pekerjaan dapat terwujud.
5.
Kesiapan bersama seluruh lini yang ada di UPT Perpustakaan Bung Karno
baik dari segi tehnis maupun non tehnis untuk bersama membangun sistem
otomasi yang baik yang dapat membantu mempermudah pekerjaan yang ada di
UPT Perpustakaan Bung Karno.
6.
Membangun institusi yang kuat dan dapat menekan adanya konflik sehingga
kekompakan dan kesolidan dalam bekerja dapat tercipta, dan suasana
kerja yang nyaman, aman , dan damai dapat mendorong mudahnya pekerjaan
yang akan dilakukan.
7.
Menciptakan culture organisasi yang saling terintegrasi satu sama lain.
Culture Organisasi yang dimaksudkan adalah mempunyai budaya organisasi,
dan perliku kerja yang dapat mendukung sistem. Menciptakan culture
organisasi yang dapat membaca dampak positif bagi keseluruhan unit kerja
yang ada di Perpustakaan.
8. Selalu berjalan pada visi dan misi yang telah disepakati bersama.
VI. Kesimpulan
Keberadaan
teknologi informasi di perpustakaan sudah tidak dapat dipungkiri lagi
keberadaannya, dan kebanyakan memang telah banyak diterapkan di berbagai
perpustakaan di Indonesia. Penerapan teknologi informasi ini tidak lain
adalah untuk terus dapat meningkatkan kualitas dan mutu perpustakaan
yang ada di Indonesia. Salah satu bentuk penerapan teknologi informasi
di perpustakaan adalah dengan munculnya sistem baru didunia kepustakawan
yakni OPAC ( Online Public Catalogue Access ) berbasis software sistem
automasi perpustakaan. Dengan adanya sistem ini dapat memberikan
kemudahan kepada pengguna untuk mencari, dan mengetahui koleksi bahan
pustaka yang dimiliki perpustakaan, dan dapat memberi kemudahan pada
pekerjaan pustakawan dalam hal mencari, menyeleksi, mengolah, dan
menyediakan informasi bagi pengguna perpustakaan.
Penerapan
sistem di perpustakaan juga merupakan perkara yang tidak mudah yang
dapat dilaksanakan dalam tempo waktu yang singkat. Perlu analisa lebih
dalam terkait kebutuhan perpustakaan akan sistem yang akan digunakan,
dan juga masalah kurun waktu yang dibutuhkan untuk membuat sebuah sistem
automasi yang baik dan berkualitas. Diperlukan upaya gotong royong
dalam bersama dan visi misi yang sama untuk selanjutnya sistem automasi
dapat diterapkan di perpustakaan dan dapat memberikan kemudahan dalam
seluruh proses kepustakawanan. Ada beberapa faktor pendukung yang dapat
membantu untuk mempermudah pembangunan sistem automasi yang ada di
perpustakaan diantaranya komitmen pengelola perpustakaan, dukungan
pimpinan, dana, pengguna ( users ), perangkat keras ( hardware ),
perangkat lunak ( software ), sistem administrasi, network ( jaringan ).
Apabila beberapa unsur – unsur pendukung tersebut dapat pernuhi maka
pembangunan sistem yang diinginkan akan dapat dilaksanakan dan dapat
digunakan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Kerjasama dari seluruh
pihak internal ( pustakawan ) juga tidak kalah penting untuk
menciptakan sebuah sistem yang berkualiatas, tidak hanya formalitas,
yang dapat membantu seluruh proses pekerjaan di perpustakaan. Sehingga
adanya sistem otomasi yang diharapkan dapat membantu untuk mempermudah
kinerja pustakawan dapat terwujud dengan baik.
VII. Daftar Pustaka
Lasa.HS. 2002. Membina Perpustakaan Madrasah dan Sekolah Islam. Yogyakarta : ADICITA
Lasa. HS. 2005. Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta : Gama Media
-----------. 2001. Leksikon Kepustakawanan Indonesia. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Saleh, Abdul Rahman et.al. 1996. CDS/ISIS Pedoman Pengelolaan Sistem Manajemen Basis Data. Jakarta : CV. Saraswati Utama.
-----------. 2001. Leksikon Kepustakawanan Indonesia. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Saleh, Abdul Rahman et.al. 1996. CDS/ISIS Pedoman Pengelolaan Sistem Manajemen Basis Data. Jakarta : CV. Saraswati Utama.
Sulistyo-Basuki. Periodesasi Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1995.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar