![]() |
renungan fajar |
Kegundahan mengoyak nurani dikala fajar mulai menyingsingkan lengan,
Mencoba mengingat-ingat tiap menit, detik dan jam yang terlewatkan diwaktu silam,
Mencoba membuka lembaran lama, pada masa muda yang yang haus akan romansa dan cerita indah nirwana,
Tersentak kegundahan hati akan waktu silam yang telah habis terendus waktu, mencoba menelisik, mencari dan mengingat untuk apakah waktuku kuhabiskan dimasa mudaku? Dimasa muda yang kononnya dan harusnya menjadi masa subur dan produktif untuk menghabiskan dan memikirkan jalan dan tindakan yang harus dipilih untuk menggapai prestasi gemilang atau hanya sekedar menghabiskannya dengan bersenang-senang? Tak tau arah dan tak pasti kemana kaki akan mendaki?
Masih mengingat bagaimana kuhabiskan masa mudaku diwaktu silam?
Mencoba mengingat-ingat tiap menit, detik dan jam yang terlewatkan diwaktu silam,
Mencoba membuka lembaran lama, pada masa muda yang yang haus akan romansa dan cerita indah nirwana,
Tersentak kegundahan hati akan waktu silam yang telah habis terendus waktu, mencoba menelisik, mencari dan mengingat untuk apakah waktuku kuhabiskan dimasa mudaku? Dimasa muda yang kononnya dan harusnya menjadi masa subur dan produktif untuk menghabiskan dan memikirkan jalan dan tindakan yang harus dipilih untuk menggapai prestasi gemilang atau hanya sekedar menghabiskannya dengan bersenang-senang? Tak tau arah dan tak pasti kemana kaki akan mendaki?
Masih mengingat bagaimana kuhabiskan masa mudaku diwaktu silam?
Mulai tersayat hati ini menjadi airmata penyesalan, mengapa tak kuhabiskan waktuku silam dengan sederet kebijakan dan kebijaksanaan menata masadepan
Menjadi pribadi acuh, antipati, tidak peduli dengan lingkungan sekitar,
Menjadi sombong tatkala merasa menjadi diri yang paling benar hingga lupa caranya memandang martabat manusia sama
Menjadi takabur tatkala menjadi yang paling idealis menggaungkan apa yang dirasanya paling benar
Menjadi sia-sia karena tidak adanya prestasi dan capaian yang didapatkan dimasa muda,
Menjadi tak berarti karena meskipun dididik dalam tingkat pendidikan paling tinggipun, dalam wadah organisasi setinggi apapun, masih belum bisa nyatanya membuat kebanggaan atas tindakan yang dilakukan,
Menjadi kaum muda yang antipati, seakan buta dan tuli, asyik dengan pribadi dan kepentingan sendiri, lupa dipundaknya tersemat cita-cita luarbiasa dari sebuah bangsanya, rakyatnya...
Masamudaku yang binasa dan sia-sia, terpasung oleh waktu kehabiskan tanpa makna
Derai airmata seakan menjadi saksi betapa penyelasan melanda jiwa, ringkih dan renta tak berdaya ini seakan menjadi bukti kesiasiaan yang kubahiskan semasa muda,
Menjadi pribadi acuh, antipati, tidak peduli dengan lingkungan sekitar,
Menjadi sombong tatkala merasa menjadi diri yang paling benar hingga lupa caranya memandang martabat manusia sama
Menjadi takabur tatkala menjadi yang paling idealis menggaungkan apa yang dirasanya paling benar
Menjadi sia-sia karena tidak adanya prestasi dan capaian yang didapatkan dimasa muda,
Menjadi tak berarti karena meskipun dididik dalam tingkat pendidikan paling tinggipun, dalam wadah organisasi setinggi apapun, masih belum bisa nyatanya membuat kebanggaan atas tindakan yang dilakukan,
Menjadi kaum muda yang antipati, seakan buta dan tuli, asyik dengan pribadi dan kepentingan sendiri, lupa dipundaknya tersemat cita-cita luarbiasa dari sebuah bangsanya, rakyatnya...
Masamudaku yang binasa dan sia-sia, terpasung oleh waktu kehabiskan tanpa makna
Derai airmata seakan menjadi saksi betapa penyelasan melanda jiwa, ringkih dan renta tak berdaya ini seakan menjadi bukti kesiasiaan yang kubahiskan semasa muda,
Tua, tak berarti, tak punya apapa, menikmati hidup dengan alakadarnya, tak berdaya dan tanpa makna,
Dan kini masa mudaku telah habis dan tubuh tua renta tak berdaya ini harus menanggung beban penyesalan yang teramat dalam mengapa tak kuhabiskan waktu mudaku dengan bijaksana?!
Renungan Pagi
18112015
Dan kini masa mudaku telah habis dan tubuh tua renta tak berdaya ini harus menanggung beban penyesalan yang teramat dalam mengapa tak kuhabiskan waktu mudaku dengan bijaksana?!
Renungan Pagi
18112015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar