Sabtu, 20 Desember 2014

Gadis Desaku yang Perkasa, Kau Ibuku

Oleh Dewi Wahyu Ningsih


     Tepatnya pada tahun 1993, disebuah kota besar di pesisir Timur Pantai Kenjeran. Seorang perempuan muda sedang mempertaruhkan antara hidup dan matinya, untuk melahirkan seorang bayi mungil. Di fase perjuangannya untuk melahirkan, dan kemudian dia terlahir kembali sebagai seorang perempuan yang disebut Ibu. 



     Seorang gadis desa terpencil dikota Blitar, yang mencoba menemukan peruntungan nasibnya di Kota besar seperti Surabaya ini. Diusianya yang masih terbilang cukup muda sekitar 20an telah menjadi seorang ibu, menjadi sesosok orang yang harus menangguhkan hidup dan masa mudanya untuk mendidik anak - anaknya, dengan modal pendidikannya hanya tamatan SD, tak kecil kemungkinan dia bisa membesarkan anak- anaknya dengan berjuta keinginan mulia.

    Dari rahim gadis belia itu yang kusebut dia Ibu, telah mampu melahirkan 2 orang anak manusia yang sekarang sudah menjadi anak - anak yang sukses, yang memiliki taraf hidup dan pendidikan yang lebih dari yang dia dapatkan. Anak laki - lakinya yang sekarang tengah mampu untuk mencukupi kebutuhannya sendiri, dan bekerja disalahsatu perusahaan swasta. Anak perempuanya yang juga tengah menempuh pendidikan sarjana disalah satu Universitas terbaik di Jawa Timur.

   Masih teringat jelas memori ini bagaimana perjuangan gadis desa  perkasa itu membesarkan anak-anaknya. Dengan keringat, doa dan airmata yang tak hentinya mengucur demi membesarkan dan mendidik kedua anaknya. Dari menjadi seorang ibu rumah tangga, hingga mendirikan usaha "warung kopi" yang dia buka untuk menambah keuangan keluarga. Sebuah keluarga yang sangat sederhana namun penuh cinta dan kasih didalamnya.

   Bekerja membanting tulang siang dan malam. Kuingat betul betapa susahnya menjadi seorang diri mengurus "warung kopi" yang sangat ramai pembeli. Bangun dipagi buta, dikala semuanya masih terpejam. Pergi kepasar untuk membeli sendiri kebutuhan untuk memasak, menjaga dan menjual seorang diri, dari pagi buta hingga larut malam. Bisa terhitung berapa lamanya waktu yang kau habiskan untuk tidur atau sekedar memejamkan mata, semuanya banyak kau habiskan untuk menjaga "warung kopimu" , dan merawat anak-anakmu hingga besar.

    Pada usianya yang hampir menginjak usia separuh abad, masih saja perjuangan itu terus ia lakukan. Menjadi seorang ibu rumah tangga, dengan segudang pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Tanpa bantuan siapapun, tanpa mengenal lelah, dan mengenal keluh. Tanpa sedikitpun raut penyesalan dari yang kau lakukan itu. Senyuman indah dan canda tawa yang selalu kau beri.

    Baru kusadari kini telah banyak sekali perbedaan yang nampak jelas dari gadis desa perkasa itu. Kuingat betul kala itu wajahnya yang masih segar mempesona , cantik, dan tak ada sedikitpun keriput diwajahnya. Namun kini Ibu, kulihat dengan jelas keriput - keriput itu mulai menghiasi sayu wajahmu yang semakin lama terlihat semakin tua. Kuingat betul kala itu, rambutmu yang masih indah berwarna hitam bergelombang menghiasi mahkota rambutmu. Namun sekarang, telah kulihat banyak sekali uban yang memenuhi rambut indahmu dulu, Ibu. Masih kuingat sangat jelas betapa kuatnya dan halusnya kulitmu kala itu. Namun sekarang, kulitmupun menjadi kasar dan sayu ibu, kulitmu tak lagi kencang seperti saat kau muda dulu.

   Hingga dipenghujung masa tuamu Ibu, kau masih tetap saja memancarkan semangat dan cinta kasihmu pada kami anak - anakmu. Tanpa meminta balasan apapun atas jasa yang kau keluarkan untuk membesarkan kami, kau pun masih membumbui semua rasa kasihmu pada anak-anak dengan jutaan kalimat - kalimat doa yang selalu kau ucapkan disetiap sujudmu. Betapa mulianya kau wahai gadis desa perkasaku.
   
    Kalau ada kata yang lebih bermakna daripada kata "terimakasih atas segalanya" akan kuucapkan padamu. Namun kuyakini, Tuhan pasti melimpahkan segala rahmat dan perlindungannya padamu atas jasa mulia yang telah kau lakukan tuk membesarkan anak-anakmu. Tak banyak yang bisa anak-anak mu berikan padamu untuk membalas semua jasamu, namun doa yang tulus dari dalam hati pasti selalu kami ucapkan agar kau tetal sehat walafiat, diberikan umur yang panjang, diberikan rezeki yang halal, dan pahala atas semua dedikasimu membesarkan anak - anakmu. Satu hal Ibu, aku tak pernah menyesal terlahir dari rahimmu. Terimakasih atas segalanya yang kau perjuangkan hingga saat ini. Semoga Allah memberikan rahmat dan ridonya kepadamu. Aamiin!

Untukmu yang terkasih, Wahai Gadis Desa Perkasaku, Kau Ibuku.

      "Syukurilah apa yang kamu dapatkan saat ini, entah itu senang ataupun sedih, adalah sebuah nikmat tiada kara saat kau masih dapat merasakan hangatnya ruang kasih sayang dalam keluargamu, nikmat mana lagi yang kau dustakan?" 

Tulisan ini didedikasikan sebagai ucapan "Selamat Hari Ibu"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar