Seperti biasanya, juga seperti hari - hari sebelumnya rutinitas hari ini juga sama seperti hari - hari kemarin, namun ada yang sedikit berbeda dan tak terlupakan dihari ini, bisa dibilang ini moment spesial...
*pagi hari*
Bangun di pagi hari menjadi rutinitas
baruku di kota baru, yah selama 1 bulan ini tepatnya di bulan Januari hingga
Februari aku menetap di Kota Blitar, yang sebenarnya kota ini tidak asing lagi
bagiku, karena kota ini kota kelahiran Ibuku. 1 bulan tinggal di kota Blitar
memang sangat menyenangkan, alamnya yang damai, suasana yang rindang dan
menenangkan, jauh dari polusi dan hingar bingar. Aku pun segera bersiap diri
dan berangkat untuk menunaikan kewajibanku untuk magang kerja di UPT
Perpustakaan Bung Karno, sebelum berangkat Ibu selalu mengingatkan untuk selalu
berwaspada dan siaga. Maklum isu yang santer terdengar di Blitar, Gunung Kelud
perbatasan Blitar dan Kediri sedang kalud – kaludnya, sampai saat ini status
Kelud naik dari “waspada” menjadi “siaga”. Jam sudah menunjukkan pukul 06.05
pertanda aku harus segera berangkat. Sesampainya disana terlihat salah satu
pegawai yang memang sedang menyiapkan jalur evakuasi untuk Kelud, aku iseng
untuk menyapa “Selamat pagi Pak, sedang memasang apa pak ?” sapaku. “Ini mbak
lagi nempelin tulisan untuk jalur evakuasi Kelud” jawabnya. “ ooo, Kelud udah
mau meletus ya pak? Tanyaku polos. “Ya, kalo belajar dari sejarah ya
kemungkinan begitu mbak tapi wallahualam, berdoa yang terbaik saja, kita kan
sebagai manusia hanya bisa berdoa mbak, sudah ada yang ngatur semuanya” jawab
Bapak itu dengan bijak. “Iya, pak semoga selalu dalam perlindungan Allah,
Aamiin, ya sudah kalo begitu saya masuk dulu ya pak” “ Iya mbak silahkan”.
Pikiranku pun kembali terngiang pada cerita Ibu Nurni Syam salah
satu pembimbing magang di UPT Perpustakaan Bung Karno, beberapa hari yang lalu
sempat bercerita panjang tentang Gunung Kelud, Bu Nurni Syam ini pendatang di
Kota Blitar, semenjak tahu status Gunung Kelud naik menjadi “siaga” Bu Nurni
Syam sangat panik, masih ingat betutl diingatanku betapa paniknya Bu Nurni yang
bingung untuk menyiapkan perlengkapan seperti masker, mondar – mandir untuk
mencari ATM terdekat untuk mengambil uang tunai. Terlihat sekali kepanikan Bu
Nurni kala itu. Kami sempat berbagi cerita seputar Gunung Kelud. Bu Nurni
bercerita, kemaren diadakan rapat dengan pimpinan untuk mengevakuasi siaga
kelud, nah Bu Nurni berbagi cerita dengan kami, para Mahasiswa Magang. “Jadi
ya, katanya orang – orang itu kalau Gunung Kelud jadi meletus itu ada pertanda alam,
seperti hewan – hewan itu pada turun, udara itu kering tandus” ucapnya dengan
semangat. “Waduh, bu sekarang ini memang lagi panas, kering, tandus bu Blitar
masak iya memang Kelud meletusnya sekarang Bu?” jawabku penasaran. “Tapi ada
yang bilang gini mbak, Kelud itu fase meletusnya 2 kali periodik, jangka pendek
sama jangka panjang mbak, jangga pendek kalau kata orang – orang asli Blitar
itu setiap 8 tahun sekali. Nah, kemaren itukan 8 tahun sekalinya tahun 2007
meletus ringan jadi anak Kelud itu. Kalo fase panjangnya 25 tahun ya tahun ini
dari tahun 1990 dulu itu, dan meletusnya itu selalu tepat di hari kamis malam
jum’at mbak” terang Bu Nurni. “Ohh begitu ya Bu, berati ini tepat tahun di fase
25 tahun ya Bu?” tanyaku. “kemungkinan begitu, dan adalagi yang bilang kalau
Kelud meletus ituya di awan itu seperti ada petir bersahutan, petir itu sudah
menyambar – nyambar bak di atas kepala” terang Bu Nurni dengan logat
Kalimantannya. “oh, begitu ya Bu? Menakutkan ya Bu, mencekam pasti” gerangku.
“ahiya, saya gak bisa bayangkan kalau Kelud ini beneran meletus, haduh jadi
apapula ini Kota Blitar, eh tapi kata – kata orang – orang itu selama ada makam
Bung Karno disini InsyaAllah Blitar aman – aman saja” tegas Bu Nurni. “Aamiin,
semoga ya Bu”.
*siang hari*
Hari ini tepat tanggal 14 februari 2014, ada yang special dihari
ini yang katanya hari kasih sayang “valentine days”. Hari ini aku piket jaga
Museum Bung Karno, pelanggan hari ini lumayan sepi karena mungkin ini hari
kamis, memang pada hari – hari begini pengunjung sepi, berbeda dengan hari
Senin, dan weekend yang selalu ramai. Siang itu kuputuskan untuk memutar radio
lokal, kebetulan ada berita seputar Kelud. Baru akan menyalakan radio, tiba –
tiba tubuhku seperti melayang, ada yang bergetar hebat, ya Gempa! Aku langsung
panik “ Mas kus, Gempa yo, kerasa gak?” tanyaku panik. “iya dek, gempa iku
lihaten kocone obah dewe kan” jawab Mas Kus. “haduh, iyo mas wedi aku mas ngene
iki, mosok iyo Kelud temenan meletus”. Tak selang beberapa lama muncullah
berita di Radio bahwa barusan terjadi gempa di daerah Blitar dan sekitarnya,
dan status Kelud naik lagi menajdi “siaga II”. Disela perbincanganku dan Mas
Kus, satpam Perpustakaan Bung Karno, muncullah Mbak Ani penjaga Museum Bung
Karno. Mas Kus bertanya ke Mbak Ani “ Yok opo An, sido munggah piye kondisine?”
“Yo, wingi Bapak sido munggah ndelok kondisi, tapi jarene tanduran ki jek podo
uijoo kii, jek podo seger – seger kabeh, jarene nek tenanan arepe meletus ki
tanduran podo layu kabeh kok” jawab Mbak Ani, “Oalah, yo mbuh yo, jenenge
bencana alam yo angel nek arep diprediksi yo tak ngopi ambek rokok’an ae wes”
jawab Mas Kus. Akupun terdiam dan berpikir dalam diamku, apa iya Kelud bakalan
benar – benar meletus, yah lagi dan lagi hanya Allah yang tau.
*sore hari*
Jam menunjukkan pukul 15.00 pertanda jam kerjaku di Perpustakaan Bung Karno sudah
habis, saatnya pulang. Diperjalanan memang terlihat dengan jelas Gunung Kelud
dan Gunung Kawi, namun kali ini Gunung Kelud sedang tertutup awan, dan Gunung
Kawilah yang masih berdiri tegak terlihat di langit – langit indah sore hari.
Yang menarik adalah dari tempatku di Kota Wlingi bisa terlihat 2 gunung yang
letaknya berdekatan disebelah timur Gunung Kawi, dan sebelah barat Gunung
Kelud. Sore ini Gunung Kelud tidak menunjukkan kemegahannya. Sewaktu perjalanan
pulang ada perasaan aneh yang muncul, seperti gejolak batin. Seakan – akan
batinku terus berkata “ sudah to, pasti hari ini kelud meletus”, selalu begitu,
seperti firasat, batinku dan fikiranku selalu berkata seperti itu dalam hati.
Tidak ingin mendahului kehendak Allah, akupun menyimpan firasat ini seorang
ini.
*malam hari*
Yah, sama seperti malam – malam sebelumnya acara di TV
pun masih didominasi berita seputar Gunung kelud, entah apa yang membuatku
merasa hari ini terasa begitu melelahkan, meskipun katanya hari ini hari
special, yang “Valentine day’s” katanya.... yah percum toh siapa juga yang akan
melewatkan malam “Valentine day’s” di kota Blitar ini, yah akhirnya akupun
tertidur dengan lelapku padahal jam masih menunjukkan pukul 19:00, mending juga tidur besok harus kerja lagi.
*Pukul
23.30*
Ada yang membangunkanku sangat keras, “he tangi – tangi
kelud meletus, he kelud meletus gak ndelok ta?” akupun bangun dengan panik.
Tiba – tiba dari luar terdengar pintu dikedor dengan keras memanggil nama Ibu.
Kami pun bergegas membuka pintu “ Kelud meletus mam, ikulo kelud meletus”
katanya dengan panik. Aku dan keluargaku pun bergegas keluar rumah, untuk
melihat kelud yang sedang meletus. Ternyata orang – orang sudah banyak berkumpul
di jalan – jalan menyaksikan fenomena alam ini yang mungkin tidak semua orang
bisa mendapatkan moment ini. Aku pun tertegun melihat apa yang ada di depanku,
apa yang sedang terjadi di pandanganku. Aku hanya bisa bertasbih menyebut nama
Allah, allahuakbar, subhanallah, astaghfirullahadzim...
Tidak hanya aku, kami pun yang ada di jalan itu
menasbihkan nama Allah. Bagaimana tidak? Setiap orang yang menyaksikan kejadian
malam ini pasti tidak akan dapat berkata apa – apa lagi. Tertegun dalam
pandangan didepan mata fenomena Gunung Kelud meletus, ditambah lagi ini kali
pertamanya aku menyaksikan secara langsung “live” fenomena gunung meletus. Saat
itu, awan begitu gelap petir menyambar – nyambar di atas langit, seakan – akan
petir itu sedang menyambar diatas kepala, cepat dan bertubi – tubi, pernah
merasakan film 3 dimensi, atau kamu sedang menonton adegan kembang api, tapi
kembang api dengan jumlah yang banyak ( ribuan), yah seperti itulah petir yang
menyambar kala itu. Petir terus menyambar, saling bertautan dari arah yang
berbeda – beda tepat diatas Gunung kelud, tidak lama kem udian percikan larva
mulai keluar, larva dari kawah Gunung Kelud pun mulai muncul kepermukaan, bisa
dibayangkan kala itu suasana sangat mencekam sekali. Bola – bola api pun keluar
dan muncul dari kawah kelud, larve terus berjatuhan, aku pun tidak dapat
membayangkan bagaimana keadaan warga yang areanya dekat dengan Gunung Kelud,
bagaimana kondisi mereka dengan fenomena luar biasa yang sedang kulihat ini,
apakah semuanya dapat terevakuasi dengan aman. Gambar ini diambil di daerah
Wlingi Kota :
![]() |
Sumber : google.com |
![]() |
Sumber : Dokumentasi |
Aku pun masih tertegun dengan pemandangan luar biasa
didepanku ini. Larva pun terus keluar, terus menyembur dari perut Kelud, kali
ini lebih ekstrem larva yang menyembur pun semakin banyak, dan diawan membentuk
kabut yang tebal. Hawa malam kala itu sangat panas, namun tiba – tiba entah
dari mana datangnya, angin kencang pun bertiup. Hawa malam itu berubah menjadi
dingin, namun orang – orang masih asyik melihat pemandangan luar biasa malam
itu. Bau belerang pun mulai menyengat. Aku pun membuka akun twitter ku untuk
melihat postingan teman – teman, untuk melihat kondisi pasca kelud meletus,
banyak yang sudah update daerah Blitar sudah hujan abu, kediri hujan kerikil.
Akupun mulai menyimpulkan mungkin juga sebentar lagi
akan hujan abu disini. Ponsel hapeku pun terus berdering banyak teman yang
menanyakan keadaanku. Pukul 01:00, aku dan keluarga memutuskan untuk pulang
karena udara sudah semakin dingin. Dirumah kami pun bergegas melihat berita di
televisi, yang memang fokus berita “Kelud akhirnya Meletus”. Sedikit
bersyukur karena di beritakan tidak ada korban jiwa, karena proses evakuasi
berjalan dengan lancar, warga sudah dievakuasi sejak status kelud naik menjadi
“awas” sejak pukul pukul 20.30. terlihat di berita daerah Kediri, Blitar mulai
terkena dampak letusan, hujan abu dan hujan kerikil.
*Jum’at,
15 februari 2014*
Udara pagi ini, sangat terasa aroma belerang yang
menyengat. Ada yang aneh, meskipun ada bau belerang yang menyengat, aku lihat
ke dedaunan, masih bersih hijau dan masih ada bekas embun. Lantas mana yang
katanya hujan abu? Katanya kalau kelud meletus daerah wlingi kena dampak hujan
abu? Mana sih hujan abunya *pikirku penasaran*. Hari ini aku masih ragu,
anatara masuk kerja atau tidak, juga tidak ada kabar dari pihak Perpustakaan Bung
Karno tentang hari ini, Bu Nurni, Pak Hendri, dan Pak har juga sedang di
Jakarta, yah kuputuskan saja untuk tetap masuk. Ibu memperingatkan aku untuk
selalu berhati – hati, yah akupun berangkat.
Baru keluar rumah dan berjalan sekitar radius 2 km, ponsel
berdering ternyata Perpustakaan hari ini diliburkan, karena Perpustakaan dibuat
tempat pengungsian untuk warga. Akupun tidak langsung kembali kerumah aku
memutuskan untuk pergi ke Pasar Wlingi untuk melihat kondisi disana. Sepi ,
jalanan sangat lenggang, terlihat anak – anak sekolah kembali pulang karena
sekolah mereka ditutup, Pasar Wlingi pun tidak buka. Akhirnya aku memutuskan
untuk pulang. Dirumah terbesit keinginan untuk menjadi relawan, aku menghubungi
beberapa teman, dan mereka menyarankan untuk tidak hari ini, karen status masih
rawan, karena pasca erupsi kelud yang maha dahsyat.
*Sabtu,
16 Februari’14”
Hari ini aku dan temanku melakukan observasi langsung
ke daerah zona merah dan kuning dari Gunung Kelud. Hari ini kami memutuskan
untuk pergi ke daerah Gandusari, yang masuk ke daerah zona kuning. Bukan
menjadi rahasia lagim bahwa erupsi Kelud kali ini memang menyimpan tanda tanya
besar, seputar dampak erupsi yang terjadi. Diluar prediksi, dan diluar batas
penalaran , Blitar dan sekitarnya sama sekalu tidak terkena dampak erupsi jalan
–jalan bersih dari abu, berbeda sekali dengan daerah Kediri, Surabaya, Malang,
Jombang bahkan yang paling parah Jogjakarta. Apakah ini ada kaitannya dari
beralihnya kepemilikan Kelud ke Kediri? Wallahualam hanya kuasa Allah yang tahu
arti dari semua peristiwa ini!.
Maka
dari itu, aku dan temanku penasaran dan ingin melihat langsung kondisi di
daerah dekat Gunung Kelud. Temanku saat itu mengajakku untuk masuk lebih dekat,
daerah zona merah Kelud, perkebunan kopi, akhirnya kami pun kesana. Dan
pemandangan disana sangat indah, terlihat jelas dari Perkebunan kopi itu Gunung
Kelud yang masih mengeluarkan asap dari perut bumi, Gunung kelud masih tertutup
awan. Yah, erupsi kelud kali ini memang menyimpan sejuta tanya, dan menunjukkan
betapa besarnya kuasa Allah. Ini adalah kenang – kenangan foto di daerah
Perkebunan Kopi, zona merah dari kelud.
![]() |
Sumber : Dokumentasi pribadi di Perkebunan Kopi, Danau Kebun Banteng , Zona Merah Kelud |
![]() |
Sumber : Dokumentasi pribadi di Perkebunan Kopi, Danau Kebun Banteng , Zona merah Kelud |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar