Kamis, 29 Mei 2014

Kelud Jangan kalud !


         Seperti biasanya, juga seperti hari - hari sebelumnya rutinitas hari ini juga sama seperti hari - hari kemarin, namun ada yang sedikit berbeda dan tak terlupakan dihari ini, bisa dibilang ini moment spesial... 


*pagi hari*
          Bangun di pagi hari menjadi rutinitas baruku di kota baru, yah selama 1 bulan ini tepatnya di bulan Januari hingga Februari aku menetap di Kota Blitar, yang sebenarnya kota ini tidak asing lagi bagiku, karena kota ini kota kelahiran Ibuku. 1 bulan tinggal di kota Blitar memang sangat menyenangkan, alamnya yang damai, suasana yang rindang dan menenangkan, jauh dari polusi dan hingar bingar. Aku pun segera bersiap diri dan berangkat untuk menunaikan kewajibanku untuk magang kerja di UPT Perpustakaan Bung Karno, sebelum berangkat Ibu selalu mengingatkan untuk selalu berwaspada dan siaga. Maklum isu yang santer terdengar di Blitar, Gunung Kelud perbatasan Blitar dan Kediri sedang kalud – kaludnya, sampai saat ini status Kelud naik dari “waspada” menjadi “siaga”. Jam sudah menunjukkan pukul 06.05 pertanda aku harus segera berangkat. Sesampainya disana terlihat salah satu pegawai yang memang sedang menyiapkan jalur evakuasi untuk Kelud, aku iseng untuk menyapa “Selamat pagi Pak, sedang memasang apa pak ?” sapaku. “Ini mbak lagi nempelin tulisan untuk jalur evakuasi Kelud” jawabnya. “ ooo, Kelud udah mau meletus ya pak? Tanyaku polos. “Ya, kalo belajar dari sejarah ya kemungkinan begitu mbak tapi wallahualam, berdoa yang terbaik saja, kita kan sebagai manusia hanya bisa berdoa mbak, sudah ada yang ngatur semuanya” jawab Bapak itu dengan bijak. “Iya, pak semoga selalu dalam perlindungan Allah, Aamiin, ya sudah kalo begitu saya masuk dulu ya pak” “ Iya mbak silahkan”.
Pikiranku pun kembali terngiang pada cerita Ibu Nurni Syam salah satu pembimbing magang di UPT Perpustakaan Bung Karno, beberapa hari yang lalu sempat bercerita panjang tentang Gunung Kelud, Bu Nurni Syam ini pendatang di Kota Blitar, semenjak tahu status Gunung Kelud naik menjadi “siaga” Bu Nurni Syam sangat panik, masih ingat betutl diingatanku betapa paniknya Bu Nurni yang bingung untuk menyiapkan perlengkapan seperti masker, mondar – mandir untuk mencari ATM terdekat untuk mengambil uang tunai. Terlihat sekali kepanikan Bu Nurni kala itu. Kami sempat berbagi cerita seputar Gunung Kelud. Bu Nurni bercerita, kemaren diadakan rapat dengan pimpinan untuk mengevakuasi siaga kelud, nah Bu Nurni berbagi cerita dengan kami, para Mahasiswa Magang. “Jadi ya, katanya orang – orang itu kalau Gunung Kelud jadi meletus itu ada pertanda alam, seperti hewan – hewan itu pada turun, udara itu kering tandus” ucapnya dengan semangat. “Waduh, bu sekarang ini memang lagi panas, kering, tandus bu Blitar masak iya memang Kelud meletusnya sekarang Bu?” jawabku penasaran. “Tapi ada yang bilang gini mbak, Kelud itu fase meletusnya 2 kali periodik, jangka pendek sama jangka panjang mbak, jangga pendek kalau kata orang – orang asli Blitar itu setiap 8 tahun sekali. Nah, kemaren itukan 8 tahun sekalinya tahun 2007 meletus ringan jadi anak Kelud itu. Kalo fase panjangnya 25 tahun ya tahun ini dari tahun 1990 dulu itu, dan meletusnya itu selalu tepat di hari kamis malam jum’at mbak” terang Bu Nurni. “Ohh begitu ya Bu, berati ini tepat tahun di fase 25 tahun ya Bu?” tanyaku. “kemungkinan begitu, dan adalagi yang bilang kalau Kelud meletus ituya di awan itu seperti ada petir bersahutan, petir itu sudah menyambar – nyambar bak di atas kepala” terang Bu Nurni dengan logat Kalimantannya. “oh, begitu ya Bu? Menakutkan ya Bu, mencekam pasti” gerangku. “ahiya, saya gak bisa bayangkan kalau Kelud ini beneran meletus, haduh jadi apapula ini Kota Blitar, eh tapi kata – kata orang – orang itu selama ada makam Bung Karno disini InsyaAllah Blitar aman – aman saja” tegas Bu Nurni. “Aamiin, semoga ya Bu”.

*siang hari*
Hari ini tepat tanggal 14 februari 2014, ada yang special dihari ini yang katanya hari kasih sayang “valentine days”. Hari ini aku piket jaga Museum Bung Karno, pelanggan hari ini lumayan sepi karena mungkin ini hari kamis, memang pada hari – hari begini pengunjung sepi, berbeda dengan hari Senin, dan weekend yang selalu ramai. Siang itu kuputuskan untuk memutar radio lokal, kebetulan ada berita seputar Kelud. Baru akan menyalakan radio, tiba – tiba tubuhku seperti melayang, ada yang bergetar hebat, ya Gempa! Aku langsung panik “ Mas kus, Gempa yo, kerasa gak?” tanyaku panik. “iya dek, gempa iku lihaten kocone obah dewe kan” jawab Mas Kus. “haduh, iyo mas wedi aku mas ngene iki, mosok iyo Kelud temenan meletus”. Tak selang beberapa lama muncullah berita di Radio bahwa barusan terjadi gempa di daerah Blitar dan sekitarnya, dan status Kelud naik lagi menajdi “siaga II”. Disela perbincanganku dan Mas Kus, satpam Perpustakaan Bung Karno, muncullah Mbak Ani penjaga Museum Bung Karno. Mas Kus bertanya ke Mbak Ani “ Yok opo An, sido munggah piye kondisine?” “Yo, wingi Bapak sido munggah ndelok kondisi, tapi jarene tanduran ki jek podo uijoo kii, jek podo seger – seger kabeh, jarene nek tenanan arepe meletus ki tanduran podo layu kabeh kok” jawab Mbak Ani, “Oalah, yo mbuh yo, jenenge bencana alam yo angel nek arep diprediksi yo tak ngopi ambek rokok’an ae wes” jawab Mas Kus. Akupun terdiam dan berpikir dalam diamku, apa iya Kelud bakalan benar – benar meletus, yah lagi dan lagi hanya Allah yang tau.

*sore hari*
Jam menunjukkan pukul 15.00 pertanda jam  kerjaku di Perpustakaan Bung Karno sudah habis, saatnya pulang. Diperjalanan memang terlihat dengan jelas Gunung Kelud dan Gunung Kawi, namun kali ini Gunung Kelud sedang tertutup awan, dan Gunung Kawilah yang masih berdiri tegak terlihat di langit – langit indah sore hari. Yang menarik adalah dari tempatku di Kota Wlingi bisa terlihat 2 gunung yang letaknya berdekatan disebelah timur Gunung Kawi, dan sebelah barat Gunung Kelud. Sore ini Gunung Kelud tidak menunjukkan kemegahannya. Sewaktu perjalanan pulang ada perasaan aneh yang muncul, seperti gejolak batin. Seakan – akan batinku terus berkata “ sudah to, pasti hari ini kelud meletus”, selalu begitu, seperti firasat, batinku dan fikiranku selalu berkata seperti itu dalam hati. Tidak ingin mendahului kehendak Allah, akupun menyimpan firasat ini seorang ini.



*malam hari*
Yah, sama seperti malam – malam sebelumnya acara di TV pun masih didominasi berita seputar Gunung kelud, entah apa yang membuatku merasa hari ini terasa begitu melelahkan, meskipun katanya hari ini hari special, yang “Valentine day’s” katanya.... yah percum toh siapa juga yang akan melewatkan malam “Valentine day’s” di kota Blitar ini, yah akhirnya akupun tertidur dengan lelapku padahal jam masih menunjukkan pukul  19:00, mending  juga tidur besok harus kerja lagi.

*Pukul 23.30*
Ada yang membangunkanku sangat keras, “he tangi – tangi kelud meletus, he kelud meletus gak ndelok ta?” akupun bangun dengan panik. Tiba – tiba dari luar terdengar pintu dikedor dengan keras memanggil nama Ibu. Kami pun bergegas membuka pintu “ Kelud meletus mam, ikulo kelud meletus” katanya dengan panik. Aku dan keluargaku pun bergegas keluar rumah, untuk melihat kelud yang sedang meletus. Ternyata orang – orang sudah banyak berkumpul di jalan – jalan menyaksikan fenomena alam ini yang mungkin tidak semua orang bisa mendapatkan moment ini. Aku pun tertegun melihat apa yang ada di depanku, apa yang sedang terjadi di pandanganku. Aku hanya bisa bertasbih menyebut nama Allah, allahuakbar, subhanallah, astaghfirullahadzim...
Tidak hanya aku, kami pun yang ada di jalan itu menasbihkan nama Allah. Bagaimana tidak? Setiap orang yang menyaksikan kejadian malam ini pasti tidak akan dapat berkata apa – apa lagi. Tertegun dalam pandangan didepan mata fenomena Gunung Kelud meletus, ditambah lagi ini kali pertamanya aku menyaksikan secara langsung “live” fenomena gunung meletus. Saat itu, awan begitu gelap petir menyambar – nyambar di atas langit, seakan – akan petir itu sedang menyambar diatas kepala, cepat dan bertubi – tubi, pernah merasakan film 3 dimensi, atau kamu sedang menonton adegan kembang api, tapi kembang api dengan jumlah yang banyak ( ribuan), yah seperti itulah petir yang menyambar kala itu. Petir terus menyambar, saling bertautan dari arah yang berbeda – beda tepat diatas Gunung kelud, tidak lama kem udian percikan larva mulai keluar, larva dari kawah Gunung Kelud pun mulai muncul kepermukaan, bisa dibayangkan kala itu suasana sangat mencekam sekali. Bola – bola api pun keluar dan muncul dari kawah kelud, larve terus berjatuhan, aku pun tidak dapat membayangkan bagaimana keadaan warga yang areanya dekat dengan Gunung Kelud, bagaimana kondisi mereka dengan fenomena luar biasa yang sedang kulihat ini, apakah semuanya dapat terevakuasi dengan aman. Gambar ini diambil di daerah Wlingi Kota :
Sumber : google.com


Sumber : Dokumentasi 


Aku pun masih tertegun dengan pemandangan luar biasa didepanku ini. Larva pun terus keluar, terus menyembur dari perut Kelud, kali ini lebih ekstrem larva yang menyembur pun semakin banyak, dan diawan membentuk kabut yang tebal. Hawa malam kala itu sangat panas, namun tiba – tiba entah dari mana datangnya, angin kencang pun bertiup. Hawa malam itu berubah menjadi dingin, namun orang – orang masih asyik melihat pemandangan luar biasa malam itu. Bau belerang pun mulai menyengat. Aku pun membuka akun twitter ku untuk melihat postingan teman – teman, untuk melihat kondisi pasca kelud meletus, banyak yang sudah update daerah Blitar sudah hujan abu, kediri hujan kerikil.
Akupun mulai menyimpulkan mungkin juga sebentar lagi akan hujan abu disini. Ponsel hapeku pun terus berdering banyak teman yang menanyakan keadaanku. Pukul 01:00, aku dan keluarga memutuskan untuk pulang karena udara sudah semakin dingin. Dirumah kami pun bergegas melihat berita di televisi, yang memang  fokus  berita “Kelud akhirnya Meletus”. Sedikit bersyukur karena di beritakan tidak ada korban jiwa, karena proses evakuasi berjalan dengan lancar, warga sudah dievakuasi sejak status kelud naik menjadi “awas” sejak pukul pukul 20.30. terlihat di berita daerah Kediri, Blitar mulai terkena dampak letusan, hujan abu dan hujan kerikil.

*Jum’at, 15 februari 2014*
Udara pagi ini, sangat terasa aroma belerang yang menyengat. Ada yang aneh, meskipun ada bau belerang yang menyengat, aku lihat ke dedaunan, masih bersih hijau dan masih ada bekas embun. Lantas mana yang katanya hujan abu? Katanya kalau kelud meletus daerah wlingi kena dampak hujan abu? Mana sih hujan abunya *pikirku penasaran*. Hari ini aku masih ragu, anatara masuk kerja atau tidak, juga tidak ada kabar dari pihak Perpustakaan Bung Karno tentang hari ini, Bu Nurni, Pak Hendri, dan Pak har juga sedang di Jakarta, yah kuputuskan saja untuk tetap masuk. Ibu memperingatkan aku untuk selalu berhati – hati, yah akupun berangkat.
Baru keluar rumah dan berjalan sekitar radius 2 km, ponsel berdering ternyata Perpustakaan hari ini diliburkan, karena Perpustakaan dibuat tempat pengungsian untuk warga. Akupun tidak langsung kembali kerumah aku memutuskan untuk pergi ke Pasar Wlingi untuk melihat kondisi disana. Sepi , jalanan sangat lenggang, terlihat anak – anak sekolah kembali pulang karena sekolah mereka ditutup, Pasar Wlingi pun tidak buka. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang. Dirumah terbesit keinginan untuk menjadi relawan, aku menghubungi beberapa teman, dan mereka menyarankan untuk tidak hari ini, karen status masih rawan, karena pasca erupsi kelud yang maha dahsyat.

*Sabtu, 16 Februari’14”
Hari ini aku dan temanku melakukan observasi langsung ke daerah zona merah dan kuning dari Gunung Kelud. Hari ini kami memutuskan untuk pergi ke daerah Gandusari, yang masuk ke daerah zona kuning. Bukan menjadi rahasia lagim bahwa erupsi Kelud kali ini memang menyimpan tanda tanya besar, seputar dampak erupsi yang terjadi. Diluar prediksi, dan diluar batas penalaran , Blitar dan sekitarnya sama sekalu tidak terkena dampak erupsi jalan –jalan bersih dari abu, berbeda sekali dengan daerah Kediri, Surabaya, Malang, Jombang bahkan yang paling parah Jogjakarta. Apakah ini ada kaitannya dari beralihnya kepemilikan Kelud ke Kediri? Wallahualam hanya kuasa Allah yang tahu arti dari semua peristiwa ini!.
Maka dari itu, aku dan temanku penasaran dan ingin melihat langsung kondisi di daerah dekat Gunung Kelud. Temanku saat itu mengajakku untuk masuk lebih dekat, daerah zona merah Kelud, perkebunan kopi, akhirnya kami pun kesana. Dan pemandangan disana sangat indah, terlihat jelas dari Perkebunan kopi itu Gunung Kelud yang masih mengeluarkan asap dari perut bumi, Gunung kelud masih tertutup awan. Yah, erupsi kelud kali ini memang menyimpan sejuta tanya, dan menunjukkan betapa besarnya kuasa Allah. Ini adalah kenang – kenangan foto di daerah Perkebunan Kopi, zona merah dari kelud.
Sumber : Dokumentasi pribadi di Perkebunan Kopi, Danau Kebun Banteng , Zona Merah Kelud

Sumber : Dokumentasi pribadi di Perkebunan Kopi, Danau Kebun Banteng , Zona merah Kelud



                                                                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar